* Akper Pemkab Cianjur Belum Serahkan Ijazah Asli
* Terpaksa Bekerja di Bengkel Cat
CIANJUR, TRIBUN - Sebanyak 121 lulusan Akademi Keperawatan (Akper) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur angkatan XIV 2013 mulai merasa resah dengan nasibnya. Pasalnya, mereka belum menerima ijazah asli sejak diwisuda pada Rabu, 4 September 2013.
Para lulusan lembaga pendidikan yang merupakan badan layanan usaha daerah (BLUD) ini hanya menerima map berisikan ucapan selamat dan sukses kepada wisudawan ketika diwisuda kala itu.
Seorang lulusan Akper Pemkab Cianjur, Irma (22), bukan nama sebenarnya, mengatakan, setelah lulus ia hanya mendapat surat keterangan lulus (SKL) dari Akper. Akibatnya, ia terpaksa melewatkan kesempatan untuk mengikuti tes calon pegawai negeri sipil (PNS) yang berlangsung Minggu, 3 November 2013.
"Padahal formasi untuk perawat waktu tes CPNS kemarin cukup banyak, terutama di wilayah Bogor dan Jakarta. Karena tidak ada ijazah asli, akhirnya saya hanya bisa gigit jari lantaran untuk ikut tes CPNS butuh ijazah asli, bukan SKL," kata Irma kepada Tribun di kediamannya, belum lama ini.
Menurut Irma, pihak Akper belum memastikan jadwal pembagian ijazah asli lulusan angkatan XIV tersebut. Hanya saja, berdasarkan pengalaman kakak angkatannya, pembagian ijazah asli biasanya tak lebih dari dua minggu setelah diwisuda. Namun konon ijazah asli angkatannya akan dibagikan setelah direktur akper pulang dari melakukan ibadah haji.
"Saya sudah sempat menanyakan ke dosen, tapi dosen juga tidak tahu kapan pastinya ijazah asli dibagikan. Teman-teman yang lain juga tidak tahu kapan waktunya ijazah asli dibagikan. Ada yang bilang November ini, tapi tetap belum ada kabar sampai sekarang," kata Irma.
Kekesalan Irma membuncah ketika hendak melamar menjadi karyawan swasta di rumah sakit swasta dan tenaga non-PNS di rumah sakit di berbagai daerah. Ia merasa bingung ketika ditanya tentang ijazah aslinya. Menurut dia, meski lamarannya disertai SKL, pihak rumah sakit tetap membutuhkan ijazah asli sebagai bukti.
"Biasanya perusahaan meminta calon karyawannya untuk membuat surat perjanjian untuk setiap karyawan yang belum memiliki ijazah asli untuk menunjukkan ijazah aslinya sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan. Tapi kami bingung ketika ijazah asli kami sendiri tidak tahu kapan akan dibagikan," kata Irma.
Irma mengatakan, ia melamar ke rumah sakit di Kabupaten Bogor, Bandung, Sukabumi, Bekasi, dan Jakarta. Dari lamaran yang dikirimkan ke rumah sakit di daerah tersebut, hanya beberapa yang memanggilnya. Terakhir, dia dipanggil untuk mengikuti tes di Rumah Sakit Permata Bunda di Bekasi. Namun sebelum mengikuti tes ia ditanya tentang ijazah aslinya.
"Saya menjawab, ijazah baru dibagikan November. Awalnya boleh ikut tes, tapi sehari sebelum tes saya ditelepon lagi tesnya diundur. Tapi sampai sekarang saya belum dikontak lagi terkait dengan jadwal tes yang diundur itu," kata Irma.
Irma berharap, ijazahnya bisa segera keluar. Ia berharap bisa menjadi perawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Pasalnya, ia baru saja mengikuti seleksi tenaga non-PNS di rumah sakit milik pemerintah tersebut.
"Peluangnya cukup besar, tapi tetap saja mereka menanyakan ijazah asli kapan bisa ditunjukkan. Saya sendiri pasrah mau diterima atau tidak. Yang penting usaha terlebih dulu," kata Irma.
Sikap pasrah juga dilakukan Rian (21), sebut saja begitu, ketika berbincang dengan Tribun, Minggu lalu. Ia terpaksa menjalankan profesi lain sembari menunggu ijazahnya dibagikan. Ia bekerja di bengkel cat milik temannya untuk mengisi kekosongan waktunya.
"Memang tidak adanya ijazah asli sangat menghambat keinginan saya untuk segera mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keilmuan saya. Tapi untuk sementara saya bekerja di bengkel dulu," kata Rian, yang mengaku tidak mengetahui alasan pasti tentang lambatnya pembagian ijazah lulusan Akper angkatan XIV.
Teman seangkatan dengan Irma ini mengaku belum melamar menjadi perawat ke rumah sakit swasta atau melamar untuk menjadi tenaga non-PNS ke rumah sakit milik pemerintah di berbagai daerah. Menurut dia, usaha tersebut akan percuma lantaran akan dikesampingkan dengan pelamar yang memiliki syarat yang lengkap.
"Keinginannya sih pengen nyoba melamar ke rumah sakit swasta atau ke rumah sakit pemerintah. Yang penting kerja karena cita-cita memang ingin jadi perawat. Tapi lebih baik nunggu ijazah, biar lebih enak melamarnya. Makanya tidak apa-apa tidak ikut tes CPNS, mungkin juga belum waktunya. Masih ada tahun depan," kata Rian.
Meski tidak mengetahui pasti waktu pembagian ijazah asli, Rian mengaku mendapat kabar dari temannya. Ijazah asli kabarnya baru akan dibagikan enam bulan kemudian. Padahal, menurut dia, tiga bulan belum mendapat ijazah asli sudah menjadi penghambat baginya untuk mencari kerja.
"Itu baru kabar burung, tapi kata kakak angkatan paling lama sih sebulan. Soalnya saya sendiri tidak menanyakan itu langsung ke kampus. Tapi kalau dibandingkan dengan Poltekes misalnya, tidak lama sampai berbulan-bulan begini. Padahal sama-sama milik pemerintah," kata Rian.
Belum mendapatkan pekerjaan mapan memang membuat Rian sedih dan terbebani. Pasalnya, ia belum bisa membahagiakan kedua orang tuanya. Meski sudah mendapat gelar, ia merasa belum lengkap jika belum memperoleh pekerjaan.
"Orang tua sendiri sudah mengetahui ada hambatan untuk mencari pekerjaan akibat belum adanya ijazah. Alhamdulillah, orang tua mengerti dan pasti ada jalan kalau mau usaha," kata Rian.
Memiliki beban kepada orang tua lantaran masih menganggur dirasakan Ina (21), juga bukan nama sebenarnya, ketika diwawancarai Tribun, Minggu lalu. Pasalnya, Ina merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Adik lelakinya masih sekolah di tingkat SMA.
Ina pun menyebut, orang tuanya sempat menanyakan hambatan dalam mencari pekerjaan. Di samping itu, orang tua Ina pun menanyakan alasan ijazah yang tak kunjung dibagikan. "Bagaimana tidak kepikiran, karena seharusnya sudah lulus dari Akper bisa langsung kerja sehingga tidak membebani orang tua karena memikirkan saya," kata Ina.
Ina mengaku tidak mengetahui alasan pasti belum dibagikannya ijazah. Ia pun tidak tahu cara mendapatkan ijazah lebih cepat. "Kalau disuruh bayar, saya tidak tahu karena tidak pernah lagi datang ke kampus. Kalaupun ingin tahu, paling nanya ke teman-teman. Tapi teman-teman juga banyak yang tidak tahu," kata Ina.
Menurut Ina, belum memiliki ijazah membuatnya sulit dalam mencari pekerjaan, terutama melamar ke rumah sakit swasta atau tenaga non-PNS di rumah sakit pemerintah. Menurut dia, SKL lebih mudah diterima ketika melamar di klinik. Akan tetapi, upah yang diberikan di klinik jauh berbeda dibanding dengan jika bekerja di rumah sakit.
"Jam kerjanya 12 jam, tapi gajinya tak lebih dari Rp 1 juta per bulan, bahkan bisa juga kurang. Sebab, saya sempat bekerja di klinik, tapi karena kecapaian saya memilih keluar," kata Ina, yang baru sembuh dari sakit dari tifus. Menurut dia, perawat yang bekerja di rumah sakit rata-rata menerima Rp 1,8 juta per bulan.
Ina hanya bisa pasrah menunggu dibagikannya ijazah. Ia pun memilih beristirahat di rumah sembari memulihkan kesehatannya. Terakhir dia melamar ke rumah sakit di Kabupaten Sukabumi, tapi hingga kemarin belum ada panggilan.
"Kalau kecewa, ya pasti, sebab beberapa kesempatan harus dibuang. Seperti tes CPNS kemarin, saya hanya bisa melihat formasi, tapi tidak bisa melamar akibat tidak ada ijazah asli," kata Ina.
Ina pun berharap bisa segera memperoleh ijazah asli karena sebagian besar rumah sakit meminta ijazah asli. Apalagi transkrip nilai menjadi satu dengan ijazah. Karenanya ia ingin pihak Akper segera membagikannya. "Saya tidak bisa apa-apa tanpa ijazah. Mau protes juga gimana. Yang jelas, tidak adanya ijazah sangat menghabat untuk melamar pekerjaan," kata Ina.
Lulusan akper lainnya, Dimas (21), pun mengaku kecewa dengan lambatnya proses pembagian ijazah asli. Pasalnya, ia masih meminta uang kepada orang tuanya selama belum mendapatkan pekerjaannya akibat enggan melamar pekerjaan dengan SKL.
"Sampai saat ini saya masih luntang-lantung, jadi pengangguran banyak acara. Padahal kesempatan pasti banyak. Apalagi di Jakarta, tapi percuma kalau kapan ijazah asli akan dibagikan saja belum tahu dan belum ada kepastian," kata Dimas ketika ditemui Tribun di kediamannya, Selasa (19/11).
Dimas mengaku, orang tuanya sempat tidak percaya ketika anaknya belum mendapat ijazah asli. Setahu orang tuanya, ijazah akan dibagikan di saat prosesi wisuda digelar. "Sebagai orang tua tentunya merasa bangga melihat anaknya bisa diwisuda. Tapi kebanggaan itu pasti berkurang kalau anaknya sampai sekarang masih jadi pengangguran," kata Dimas. (cis)
* Berita lainnya tentang Akper ini ada di harian pagi Tribun Jabar, edisi Jumat (22/11/2013)