Oleh Mega Nugraha
MUSIM hujan bagi warga di Dusun Anggaranu, Desa Angga Sari, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Subang, menjadi kebahagiaan tersendiri. Sebab, di musim hujan warga bisa leluasa mandi tanpa terasa kesat di badan. Pada musim kemarau, warga yang di rumahnya hanya menggunakan mesin pompa biasa pasti harus mandi menggunakan air asin.
"Kalau musim kemarau panjang, mandinya pakai air asin yang disedot pake mesin jet pump. Untuk keperluan air minum, warga di sini beli air pake jeriken Rp 2.000 per tiap 5 jeriken air," kata Ahya Nurdin (33), warga setempat, kepada Tribun di kediamannya, Kamis (14/11).
Ahya mengatakan, kondisi tersebut sudah terjadi selama bertahun-tahun. Tidak hanya di desanya, hal itu juga terjadi di sepanjang daerah di pantai utara Subang. "Terlebih lagi yang daerahnya cuma 5-10 kilometer dari laut. Kalau pake mesin jet pump, rata-rata air yang keluar terasa asin karena air tanahnya sudah bercampur air laut," kata Ahya.
Ahya mengatakan intrusi air laut tersebut terjadi karena kawasan pantai sudah tidak lagi ditanami pohon bakau sehingga air dari laut terserap ke dalam tanah.
"Kalau air tanah disedotnya pakai jet pump, rata-rata keluarnya asin. Tapi kalau pake mesin pompa satelit, yang biasa digunakan di pabrik-pabrik, air yang keluar rasanya tawar. Tapi itu yang pakai biasanya orang yang punya uang lebih, soalnya harga mesinnya saja mahal, belum lagi memasangnya," kata Ahya.
Karena air yang keluar dari mesin pompa jet pump terasa asin, selama bertahun-tahun Ahya dan sebagian warga lainnya menggunakannya untuk keperluan mandi saja. "Mandi pakai air asin tubuh menjadi lengket. Pake sabun pun, busanya tidak ada," katanya.
Hal yang sama dikatakan Ahmad Nursamad (40), warga Desa Mayangan, Kecamatan Legon Kulon. Menurut dia, jauh sebelum terjadi bencana abrasi, warga setempat bisa menggunakan air tanah dengan mesin pompa atau pompa air biasa.
"Tapi sejak kira-kira 5-7 tahun yang lalu, setelah abrasi pantainya mulai meluas, air yang keluar dari mesin pompa ini jadi terasa asin," katanya.
Salah satu cara agar bisa memperoleh air bersih, menurutnya, jika tidak membeli air, mereka menggunakan mesin pompa satelit. "Tapi cuma orang yang punya uang banyak yang bisa memasang pompa itu, harganya belasan juta," ujarnya.
Tak mengherankan, ketika memasuki musim hujan, warga sangat menyambutnya. Pasalnya, warga bisa menampung air hujan sebanyak mungkin untuk keperluan mandi atau memasak. "Kalau musim hujan seperti ini tidak usah beli air. Cukup sediakan bak besar untuk menampung air hujan. Airnya bisa digunakan untuk mandi dan memasak," katanya.
Intrusi air laut ini tidak hanya terjadi di sepanjang pantura Subang, tapi memasuki wilayah tengah Subang, seperti halnya Kecamatan Binong dan Kecamatan Tambak Dahan. Padahal, jarak dari dua kecamatan tersebut ke laut Jawa mencapai puluhan kilometer.
"Di Desa Kediri dan Desa Binong juga sebagian daerahnya jika disedot pake mesin pompa airnya terasa asin. Malah di beberapa tempat tinggal saya di Kecamatan Tambak Dahan, juga sudah terasa asin airnya," kata Koordinator Wahana Lingkungan Hidup Subang dan Purwakarta, Cece Rahman, kepada Tribun melalui ponselnya, kemarin.
Intrusi air laut ini disebabkan utamanya oleh abrasi air laut yang menghancurkan zona bakau di sepanjang kawasan pantura Subang mulai Ciasem hingga Puskanagara.
"Saya bersama sejumlah warga pernah mengebor tanah di hutan mangrove (bakau) yang dekat dengan bibir pantai. Hasilnya, air yang keluar masih tawar meski itu dekat dengan bibir pantai. Artinya, jika kawasan mangrove ini tetap ada, intrusi air laut bisa dicegah. Hanya saja, faktanya sekarang hutan mangrove di Subang sudah menipis," kata Cece.
Menurut dia, solusi lain untuk mengatasi air laut adalah dengan program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (pamsimas). Dan itu, menurutnya, pernah dilakukan olehnya ketika melaksanakan program PNPM. Namun, kata Cece, itu masih program jangka pendek dan berisiko tinggi.
"Kalau ngebor dengan pamsimas itu gambling, ketika ngebor, apakah ada kepastian kondisi air tanahnya tidak asin. Lagian, itu program jangka pendek saja," kata Cece. (*)
Anda sedang membaca artikel tentang
Warga Pantura Subang Biasa Mandi Pakai Air Asin
Dengan url
http://jabarsajalah.blogspot.com/2013/11/warga-pantura-subang-biasa-mandi-pakai.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Warga Pantura Subang Biasa Mandi Pakai Air Asin
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Warga Pantura Subang Biasa Mandi Pakai Air Asin
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar