Oleh M Syarif Abdussalam
SEPEDA motor ini bisa melaju pelan atau cepat seperti sepeda motor pada umumnya. Hanya saja, sesuai dengan namanya, Mogantara, Motor Gas Nusantara, kendaraan ini menggunakan bahan bakar gas dari tabung elpiji tiga kilogram.
Cukup menonjol memang, tabung gas tiga kilogram berwarna hijau diletakkan terikat di belakang jok sepeda motor. Sebuah slang layaknya slang kompor gas terpasang untuk menghubungkan tabung dengan mesin motor.
Tidak usah memakai bensin setetes pun, sepeda motor ini bisa melaju menggunakan bahan bakar gas yang biasa dipakai untuk memasak. Satu tabung gas seharga sekitar Rp 15 ribu bisa dipakai untuk menempuh perjalanan sampai 400 kilometer.
Kadar gas karbondioksida yang dikeluarkan melalui knalpot motor ini jauh lebih rendah, sekitar 80 persen, jika dibandingkan sepeda motor berbahan bakar bensin. Asap knalpotnya cenderung tidak berwarna atau berbau.
Modifikasi sepeda motor berbahan bakar bensin menjadi sepeda motor berbahan bakar gas elpiji ini segera diajarkan para Bintara Pembina Desa (Babinsa) di wilayah Korem 062 Tarumanagara, yakni Priangan Timur, kepada warga, khususnya para pemuda.
Pengajaran modifikasi motor ini pun akan dilakukan terhadap motor penggerak perahu nelayan di pantai selatan. Dengan demikian, para nelayan dapat menghemat biaya bahan bakar sampai ratusan ribu rupiah.
Tidak hanya akan diajari memodifikasi motor oleh Babinsa, warga akan diberi pelatihan pembuatan Lampu Energi Tentara Rakyat atau Lentera. Lampu ini adalah rangkaian lampu LED yang berdaya 0,5 watt dan terangnya setara dengan lampu pijar 10-15 watt.
Penggunaannya diutamakan kepada warga yang belum mendapat sambungan listrik dari PT PLN dan warga yang ingin berhemat. Energi yang digunakan lampu ini berasal dari aki dan dapat diisi ulang setiap bulan dengan biaya Rp 2.000 menggunakan generator yang akan disimpan di setiap Koramil.
Produk ramah lingkungan dan hemat yang akan diproduksi lainnya adalah Kompor Bara atau Kompor Babinsa Rakyat. Api kompor ini menyala menggunakan dedaunan kering dan ranting kecil dalam jumlah sedikit. Penggunaan kompor ini dapat menghemat keuangan keluarga dengan biaya Rp 265 per hari.
Tidak usah menggunakan bambu untuk meniup kompor, sebuah kipas angin yang biasa digunakan pada komputer dipasang untuk meniup api supaya terus menyala. Pemasak tinggal memasukkan kayu-kayu kecil atau dedaunan kering ke dalam kompor untuk memasak.
Sebelumnya, para Babinsa Korem 062 Tarumanagara ini menjalani pelatihan pembuatan tiga produk berteknologi tepat guna tersebut selama tiga hari. Para Babinsa ini siap mengajarkannya kepada warga.
Komandan Korem 062 Tarumanagara, Kolonel Inf Besar Harto Karyawan, menyambut baik pelatihan yang dilakukan PT Telkomsel ini. Pada gelombang pertama, baru 41 Babinsa yang dilatih. Selanjutnya, 124 Babinsa lainnya akan dilatih dalam tiga gelombang berikutnya.
"Sekarang ini banyak temuan teknologi tepat guna tapi tidak ada sosialisasinya. Padahal teknologi ini sederhana dan dapat digunakan siapa saja, sangat bermanfaat. Melalaui ujung tombak Babinsa, kami akan sosialisasikan kepada masyarakat," katanya saat ditemui di Markas Korem 062 Tarumanagara, Jumat (28/3).
Selain membantu warga untuk berhemat, penerapan teknologi tepat guna ini dapat mengurangi kerusakan lingkungan serta ketergantungan warga terhadap bahan bakar minyak dan listrik negara. Pengadaan sarana dan prasarana pembuatan alat-alat tersebut rencananya akan dilakukan bersama sejumlah perusahaan melalui penyaluran dana CSR. (*)