BANDUNG, TRIBUN - Airlangga Hartarto adalah putra dari Ir H Hartarto, mantan menteri pada Kabinet Pembangunan IV sampai VI di era Presiden Soeharto. Pria kelahiran Surabaya 1 Oktober 1962 itu memperoleh gelar insinyur dari Fakultas Teknik UGM dan mendapatkan gelar Master of Management dari Melbourne, serta Master of Business dari Monash University.
Sejak muda dia memiliki banyak pengalaman memimpin organisasi, di antaranya pernah menjabat Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) 2006-2009, Ketua Umum Asosiasi Emiten Indonesai (AEI) 2005-2011, Sekjen ASEAN Federation of Engineering organisation 2005, Wk Ketua Umum Keluarga Alumni Gajah Mada (KAGAMA) 2005-2009, dan saat ini dipercaya menjadi Ketua DPP Partai Golkar Bidang UKM & Koperasi, dalam visi Tri Aji-nya.
Saat diwawancara di Hotel Savoy Homan, Sabtu (11/10), Airlangga mengatakan, Jawa Barat merupakan daerah ketiga dalam roadshownya keliling Indonesia. Sebelumnya ia menggelar acara di Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Bagi anggota DPR RI daerah pemilihan Bogor itu, Jawa Barat merupakan kekuatan terbesar Golkar. "Jabar ini basis kami. Sudah selayaknya kami memperjuangkan Jabar di tingkat nasional, mendorong pemerintah pusat memperhatikan lebih Jabar," kata Airlangga.
Namun ia miris dengan pemerataan pembangunan yang timpang di Jabar. Daerah Jabar selatan, kata Airlangga, bertahun-tahun selalu tertinggal dalam hal infrastruktur. Begitu pula daerah utara, memiliki nasib yang sama.
"Di sini yang paling banyak berperan itu pihak swasta. Swastalah yang menggerakkan industri-industri besar, sehingga seharusnya pemerintah daerah bisa memberi ruang lebih untuk swasta," kata Airlangga.
Berkaitan dengan "mandeknya" kepemimpinan orang Jawa Barat di tingkat nasional, Airlangga melihat itu lebih kepada momen. Menurutnya, saat ini memang momentumnya lebih condong kepada Indonesia Timur. "Bukan berarti warga Jabar tidak mumpuni, kita hanya harus lebih bersabar, pasti ada saatnya yang tepat, warga Jabar tampil di pentas politik nasional," katanya.
Soal kondisi perpolitikan setelah terpilihnya Jokowi sebagai presiden, menurut Airlangga, justru terjadi keseimbangan, karena Partai Golkar dan kawan-kawan bisa berada di sayap parlemen, yang akan mengkritisi jalannya pemerintahan Jokowi.
"Tapi itu kan nanti setelah 20 Oktober, setelah pelantikan. Yang justru harus diwaspadai sejak sekarang adalah kondisi perekonomian, karena itu tergantung pada kondisi regional. Semuanya sedang jatuh. Siapa pun presidennya memang menghadapi tantangan yang berat. Subsidi BBM sudah tembus 400 triliun, bagaimana bisa menambalnya. Ini yang juga menjadi concern kami, untuk mendorong pemerintah mengambil kebijakan-kebijakan yang bisa mengatasi persoalan-persoalan itu," tutur Airlangga. (*/fam/mac)
Anda sedang membaca artikel tentang
Jabar Ini Basis Kami
Dengan url
http://jabarsajalah.blogspot.com/2014/10/jabar-ini-basis-kami.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Jabar Ini Basis Kami
namun jangan lupa untuk meletakkan link
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar