Oleh Firman Suryaman
PEGANG senjata bagi TNI dan Polri bukan hal aneh. Tapi kalau memegang dan bahkan memainkan alat musik tabuh tradisional Sunda, kendang, boleh jadi hanya dilakukan anggota Polresta dan Yonif 323 Raider Kostrad Kota Banjar. Bahkan gabungan personel TNI-Polri ini sudah membentuk kelompok rampak kendang sendiri.
Kelompok rampak kendang gabungan TNI-Polri yang eksis sejak 1998 ini sudah rutin manggung pada acara resmi pemerintahan ataupun perseorangan, seperti resepsi pernikahan. Untuk menambah meriahnya kelompok, ikon TNI dan Polri, yakni harimau dan macan kumbang (lodaya), pun turut dipajang.
Adalah Aiptu Aa Juhara, anggota Polresta Banjar, yang mulai merintis kelompok seni ini. "Awalnya kami iseng-iseng saja membuat grup kecil rampak kendang, dengan melibatkan personel Yonif 323 Raider. Latihan secara rutin dilakukan, berlatar belakang kesamaan hobi terhadap kesenian tradisional ini," ujar Aa, di sela pentas Rampak Kendang Polresta dan Yonif 323 Raider Kota Banjar, di Lapangan Dadaha, Kota Tasikmalaya, belum lama ini.
Bukan hal mudah belajar memainkan kendang yang terdiri dari tiga buah itu. Namun berkat ketekunan anggota, belajar selama sekitar tiga bulan rutin sudah mulai mahir. "Awalnya dicoba dipentaskan di acara-acara resepsi pernikahan. Alhamdulillah mendapat sambutan masyarakat. Mereka terkesan dengan permainan kendang yang dilakukan polisi dan tentara," kata Aa sambil tertawa.
Kelompok kecil rampak kendang ini pun sempat berpentas ketika ada latihan gabungan TNI dengan angkatan bersenjata Singapura di Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, tahun 2010. Pentas unik dan menarik itu mengundang perhatian petinggi TNI dan Polri di Kota Banjar. Dari situlah, kelompok rampak kendang ini mulai lebih serius dikelola, dengan pendanaan yang cukup memadai.
"Pada saat itu kelompok rampak kendang kami bersifat kolosal karena jumlah anggotanya mencapai 400 orang. Kami melakukan latihan rutin untuk mengasah keterampilan memainkan kendang. Untuk menarik penonton, kami juga mengadakan atraksi-atraksi menarik, termasuk diadakannya ikon TNI-Polri, yaitu harimau dan lodaya," kata Aa.
Namun belakangan ini hanya sekitar 62 personel yang aktif pentas. Agar tak menghilangkan identitas, setiap personel tetap menggunakan pakaian dengan ciri Polri dan TNI. Hanya saja, mereka harus menggunakan iket khas Sunda. "Setiap pentas selalu mendapat sambutan meriah. Mungkin kami unik, polisi dan tentara bisa masin kendang," ujar Aa.
Hikmah dari adanya rampak kendang ini, kata Aa, hubungan TNI-Polri di Kota Banjar sangat baik. Kunjungan atau sekadar main ke markas masing-masing sudah bukan hal baru lagi. Terlebih, hubungan baik antara petinggi Yonif dan Polresta juga selalu terjaga walau terjadi pergantian pemimpin.
"Jadi hubungan baik ini tak hanya ketika main rampak kendang, tapi dilanjutkan pada kehidupan sehari-hari. Kami sudah biasa main ke markas Yonif 323 Raider. Sebaliknya, anggota Yonif juga kerap berkunjung ke Mapolresta," ujar Aa, seraya menyebutkan, kesalahpahaman antara anggota TNI-Polri di Kota Banjar pun tak pernah terjadi. (*)
Anda sedang membaca artikel tentang
Rampak Kendang Makin Mengakrabkan Polisi dan Tentara Banjar
Dengan url
http://jabarsajalah.blogspot.com/2014/01/rampak-kendang-makin-mengakrabkan.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Rampak Kendang Makin Mengakrabkan Polisi dan Tentara Banjar
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Rampak Kendang Makin Mengakrabkan Polisi dan Tentara Banjar
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar