Oleh Ichsan
LIMA penari wanita berusia muda melenggak-lenggok di atas panggung, menari jaipong. Kerling mata menggoda, jari jemari meliuk indah, dan kaki bergerak lincah ke setiap sudut panggung mengikuti irama kendang dan gamelan khas Sunda yang silih bersahutan.
Kelima penari itu mengawali rangkaian pertunjukan Hajat Buruan yang digelar dalam rangka Pekan Seni Budaya Jawa Barat di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat di Bandung, Kamis (12/9) malam.
Pertunjukan ini hasil kolaborasi para seniman dari Lingkung Seni Mekar Budaya, Kampung Cikareumbi, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, dengan Padepokan Kalang Kamuning, Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat. Sedikitnya enam puluh penari dan nayaga turut serta dalam pergelaran ini.
Setelah para penari jaipong tampil, disusul dengan helaran ngarak tumpeng dan air yang dimasukkan ke sepotong bambu. Prosesi ini merupakan bentuk wujud syukur akan hasil panen yang berlimpah, sekaligus ungkapan kegembiraan karena diberi kemakmuran dan keselamatan.
Tumpengnya sendiri kemudian dibagikan kepada setiap orang untuk disantap bersama. Airnya disemprotkan ke tanah dan tanaman agar tetap subur. Pertunjukan ini berdurasi sekitar 45 menit.
"Jadi, maksud pergelaran ini adalah mengangkat tradisi petani di Kampung Cikareumbi ke dalam seni pertunjukan," kata Mas Nanu Muda, sutradara pertunjukan Hajat Buruan, saat ditemui di sela acara, Kamis malam.
Menurut Nanu, Hajat Buruan ini merupakan bagian dari upacara ngaruat bumi yang selalu digelar oleh warga Kampung Cikareumbi setiap tanggal 14 Muharam. Pada seni pertunjukan hal ini dikemas lewat sajian sedekahan, ngarak tumpeng, beubeutian, dan sayuran serta diakhiri dengan rempug tarung adu tomat alias perang tomat.
"Nah, perang tomat ini merupakan wujud buang sial. Dua kelompok orang bertopeng saling lempar tomat busuk ke arah topeng yang mereka kenakan," kata Nanu.
Menurut Nanu, maksud dan tujuan Hajat Buruan ini adalah seren bulan mapag bulan dengan harapan agar hasil tanaman akan melimpah di tahun yang akan datang. Dalam prosesi aslinya, air yang berasal dari mata air di Kampung Cikareumbi itu diberi doa oleh sesepuh setempat untuk dibagikan kepada warga agar membawa keberkahan dan kesuburan. (*)
Anda sedang membaca artikel tentang
Perang Tomat Busuk Wujud Buang Sial
Dengan url
http://jabarsajalah.blogspot.com/2013/09/perang-tomat-busuk-wujud-buang-sial.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Perang Tomat Busuk Wujud Buang Sial
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Perang Tomat Busuk Wujud Buang Sial
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar