Munggah

Written By Unknown on Selasa, 09 Juli 2013 | 12.14

* Darajat Arianto, Wartawan Tribun

SEBELUM tiba bulan Ramadan, umat muslim bersiap menyambut dengan berbagai cara. Di kalangan masyarakat Sunda, penyambutan ini dikenal dengan istilah munggah. Menurut www.kamusbahasasunda.com, kata munggah berasal dari unggah yang artinya masuk ke tempat lebih tinggi atau naik atau meniti. Kata unggah kemudian ditambahkan huruf 'm' di depannya menjadi munggah lantaran kebiasaan dalam dialek orang Sunda.

Jika dikaitkan dengan bulan Ramadan, munggah ada hubungannya. Dengan mengangkat tradisi munggah ini, orang Sunda yang muslim ingin mengingatkan bahwa bulan Ramadan berarti bulan peningkatan. Yakni meningkatkan ibadah selama Ramadan baik ibadah wajib maupun ibadah sunat juga menambah ibadah sosial. Dari mulai salat wajib tepat waktu, tadarus Alquran, sedekah dan infak terus ditambah, hingga menyantuni anak yatim piatu dan masyarakat tak mampu. Serta tentunya meningkatkan kesabaran karena Allah menjanjikan surga bagi orang sabar.

Ibadah di bulan Ramadan harus meningkat. Lebih banyak dibanding bulan lainnya. Inilah inti dari munggah yang ingin diingatkan kepada umat muslim. Untuk itulah, kaum muslimin menjadikan Ramadan menjadi bulan yang ditunggu-tunggu kehadirannya. Hal ini karena terbukanya pintu ampunan dan pahala yang besar dari Allah SWT serta balasan surga bagi yang menjalani puasa dengan ikhlas sesuai tuntunan Rasulullah SAW. Melihat janji Allah itu, kedatangan bulan puasa memang sudah seharusnya disambut gembira oleh kaum muslim.

Sayangnya, munggah kini mulai bergeser. Bukan bersiap meningkatkan ibadah, namun bersiap untuk meningkatkan asupan makan. Munggah menjadi ajang makan-makan dan kumpul-kumpul saja. Seharusnya, ajang berkumpul tersebut dilandasi dengan sesuatu yang bernilai ibadah agar makna munggah lebih terasa kental dalam menyambut Ramadan.

Ramainya orang munggah juga mendongkrak perekonomian. Namun laju peningkatan ini nyaris tak terkendali. Harga-harga bahan pokok menjadi meningkat yang sulit terprediksi. Meski terjadi setiap menjelang Puasa dan Lebaran, kenaikan harga bahan pokok tak bisa dikendalikan. Pemerintah nyaris tak mengantisipasi ketika harga naik yang sebetulnya sudah bisa diperkirakan.

Menyambut munggah ini dan juga menjelang Lebaran, seharusnya pemerintah menyiapkan stok bahan pokok yang biasa diperlukan masyarakat seperti daging ayam, daging sapi, bawang, cabai dan gula. Ini penting agar ketika harga naik akibat permintaan tinggi, pemerintah langsung menggelontorkan komoditas tersebut untuk menekan harga.

Untuk itulah munggah menjadi langkah penting baik bagi kehidupan spiritual maupun kehidupan sosial. Setiap orang harus menghormati dan juga menjaga ketenangan agar umat muslim bisa beribadah dengan tenang. Dengan bisa menjaga ketenangan ini diharapkan kehidupan sosial pun terjaga sesuai norma dan aturan yang berlaku.

Sebaliknya, dari semua ini kita harus dapat memetik hikmah puasa tersebut untuk diterapkan di bulan- bulan lainnya. Semua yang dilakukan dengan sejumlah kebaikannya, akan lebih indah jika bisa dikerjakan di bulan lainnya setelah Ramadan.  Sehingga hikmah Ramadan akan lebih meresap dan berkelanjutan. Jika demikian halnya yang terjadi tentu kita merasakan nikmat dan manfaat berpuasa yang tidak sekadar menahan lapar dan haus semata. Ada nilai tinggi yang bisa dirasakan umat yang  menjalankan puasa sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya. (*)


Anda sedang membaca artikel tentang

Munggah

Dengan url

http://jabarsajalah.blogspot.com/2013/07/munggah.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Munggah

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Munggah

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger