Belajar Sejarah di Galeri Tionghoa

Written By Unknown on Selasa, 12 Februari 2013 | 12.14

Selasa, 12 Februari 2013 11:55 WIB

Oleh Ida Romlah

DERETAN

foto sejumlah tokoh Tionghoa menjadi semacam ucapan selamat datang bagi pengunjung Galeri Etnis Tionghoa di Graha Surya Priangan, Jalan Nana Rohana, Holis, Kota Bandung. Foto-foto itu dilengkapi dengan tulisan berisi keterangan siapa tokoh tersebut dan apa karya yang telah dibuatnya.

Sebut saja pemain sepak bola nasional Tan Liong Houw atau Latief Harris Tanoto. Pria kelahiran Surabaya, 26 Juli 1930, itu ikut diperkenalkan di Galeri Etnis Tionghoa. Ia merupakan tokoh persepakbolaan Indonesia yang berasal dari etnis Tionghoa.

Pada era 1950-an, Tan Liong Houw diikenal sebagai pemain lini tengah yang keras dan ditakuti lawan. Posisinya sebagai gelandang kiri mengharuskan Liong Houw bermain keras untuk merusak formasi lawan.

Selain Liong Houw, ada pula pemain sepak bola lain bernama Fan Tek Fong atau Hadi Mulyadi. Pria kelahiran Serang, 19 September 1943, itu merupakan bintang timnas Indonesia era 1960-an dan 1970-an.

Selain atlet sepak bola, ada pula atlet bulu tangkis Indonesia pada era 1960-an, Tan Joe Hok alias Hendra Kartanegara. Atlet kelahiran Bandung, 11 Agustus 1937, itu adalah putra Indonesia pertama yang menjuarai All England dan meraih medali emas Asian Games. Bersama enam pebulu tangkis lainnya, Joe Hok juga merebut Piala Thomas untuk pertama kalinya. Pada masanya, Tan Joe Hok punya nama besar sebagai atlet bulu tangkis kebanggaan Indonesia.

Memasuki bagian tengah galeri, ada tokoh Tionghoa yang bergerak di bidang arsitektur, kedokteran, dan menteri dalam pemerintahan. Satu di antara foto menteri itu adalah mantan Menteri Perdagangan yang kini menjabat Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Marie Elka Pangestu. Bahkan foto Marie Elka berukuran lebih besar dari foto-foto tokoh lain, lengkap dengan keterangan siapa dia.

Di bagian sudut lain terdapat alat makan berupa sumpit yang juga ikut dipamerkan. Kesenian tradisional barongsai juga ada, malah kebaya Cina juga ikut dipamerkan. Bahkan empat unsur alam, yakni tanah, air, api, dan kayu, juga ikut dibahas panjang-lebar di galeri. "Semua tentang sejarah Tionghoa ada di sini," ujar putri perintis Yayasan Dana Sosial Priangan (YDSP) Surya Widjaja, Tjutju Widjaja, saat ditemui di Galeri Etnis Tionghoa, Kamis (7/2).

YDSP merupakan yayasan yang memayungi berdirinya Galeri Etnis Tionghoa. Berdiri sejak 1975, yang bermula dari rumah duka. Oleh masyarakat, rumah duka tersebut dikenal dengan nama Rumah Duka Nana Rohana karena berada di Jalan Nana Rohana. Galeri Etnis Tionghoa sendiri baru beroperasi setahun, terletak di lantai dua sebuah gedung di kawasan Graha Surya Priangan, Jalan Nana Rohana, Holis, Bandung.

Tjutju mengatakan, berdirinya galeri dimaksudkan untuk memberikan pengertian bagi generasi muda dan mendatang tentang sejarah keberadaan dan perjuangan etnis Tionghoa di Indonesia. Sebab, menurut dia, belum banyak tempat atau media yang mengulas asal-usul nenek moyang etnis Tionghoa di Indonesia. Bahkan galeri semacam ini baru ada dua, yakni di Tangerang dan Bandung.

"Galeri ini menyediakan berbagai informasi Tionghoa di Indonesia, mulai sejarah politik, ekonomi, budaya, hingga berbagai tradisi Tionghoa," kata Tjutju, yang juga punya keahlian membuat kaligrafi Cina.

Tjutju mengatakan, selama ini masyarakat Tionghoa selalu dipandang sebagai etnis yang mengeruk ekonomi Indonesia. Padahal, ujarnya, kenyataannya tidak demikian. Menurut Tjutju, masyarakat Tionghoa lahir, dibesarkan, dan meninggal di Indonesia. Bahkan ada sejumlah orang Tionghoa yang juga ikut membela kemerdekaan Indonesia..
 
Minimnya pengetahuan tentang sejarah etnis Tionghoa diakui Tjutju karena selama Orde Baru masyarakat Tionghoa seolah tidak diakui pemerintah. "Untuk beribadah kami harus sembunyi-sembunyi, bahkan nama pun ya tidak boleh pakai nama Tionghoa," katanya. Namun ia bersyukur sekarang di Indonesia tidak demikian. Pemerintah mengakui keberadaan etnis Tionghoa sebagai bagian dari kekayaan negeri ini.

Tjutju berharap ada banyak orang yang mengunjungi Galeri Etnis Tionghoa. Tidak hanya melihat koleksi yang dipamerkan, tapi juga belajar tentang sejarah Tionghoa di Indonesia. (*)


Anda sedang membaca artikel tentang

Belajar Sejarah di Galeri Tionghoa

Dengan url

http://jabarsajalah.blogspot.com/2013/02/belajar-sejarah-di-galeri-tionghoa.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Belajar Sejarah di Galeri Tionghoa

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Belajar Sejarah di Galeri Tionghoa

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger