Senin, 7 Januari 2013 11:39 WIB
Deni Denaswara
Seniman Asep Berlian memainkan wayang golek sebagai bentuk penolakan terhadap pemerintah tentang rancangan penolakan yang tidak memasukkan bahasa daerah di depan Gedung Sate, Bandung, Senin (31/12). Rancangan penghapusan kurikulum bahasa daerah ini mendapat kritikan dari sejumlah elemen masyarakat, seniman dan mahasiswa.
BANDUNG, TRIBUN - Sejumlah warga yang menamakan diri Forum Peduli Bahasa Daerah (FPBD) menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung Sate, Bandung, Senin (7/1). Mereka menuntut agar bahasa daerah tetap dipertahankan dan dibuat dalam kurikulum terpisah.
"Kami menginginkan bahasa Sunda atau bahasa daerah ini jadi pelajaran terpisah, tidak digabungkan dengan pelajaran lain," kata Koordinator Aksi FPBD Ranu Sudarmansyah.
Ranu mengatakan, bahasa daerah memiliki peran penting dalam kehidupan. Menurut Ranu, di dalam bahasa daerah terdapat nilai budaya yang tinggi serta punya nilai kebenaran.
"Pemerintah seharusnya melestarikan bahasa daerah sesuai Undang-undang. Kalau bahasa daerah digabungkan dalam pelajaran lain, apa ini bisa memelihara bahasa daerah?" kata Ranu.
FPBD kata Ranu, berharap seluruh elemen pemerintahan mulai dari pusat hingga daerah benar-benar memperjuangkan pelestarian bahasa daerah.
Dalam aksinya mereka mengacungkan sejumlah poster. Diantaranya bertuliskan "Kurikulum 2013 Pembunuh Karakter Bangsa", "Kurikulum 2013 Menelanjangi Bahasa Daerah", dan "Bahasa Sunda Dikebiri". (*)
Anda sedang membaca artikel tentang
Kurikulum Bahasa Daerah Diminta Dipisahkan
Dengan url
http://jabarsajalah.blogspot.com/2013/01/kurikulum-bahasa-daerah-diminta.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Kurikulum Bahasa Daerah Diminta Dipisahkan
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Kurikulum Bahasa Daerah Diminta Dipisahkan
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar