LUPAKAN kegagalan Tim Nasional (Timnas) U-19 yang tersingkir dari turnamen AFC U-19 setelah tiga kali kalah dari tiga pertandingan yang dimainkan. Terakhir pasukan asuhan Indra Syafri ini menyerah kalah 1-4 dari Uni Emirat Arab di Stadion Wunna Theikdi, Naypyidaw, Myanmar, Selasa (14/10/2014).
Tidak pada tempatnya kita mendedahkan kekecewaan oleh kegagalan pasukan Indra Syafri, dengan cara mengumbar caci-maki ke sana kemari. Beri kesempatan kepada Indra Syafri untuk berbenah.
Ending buruk yang dialami Timnas U-19, boleh jadi membuat kecewa banyak orang yang tak henti merindukan kebangkitan sepak bola Indonesia. Banyak orang pantas kecewa berat karena harapan besar terlanjur disandarkan kepada Timnas U-19 yang berhasil menuai sederet prestasi gemilang di awal kiprahnya. Puncaknya Evan Dimas dkk menjuarai Piala AFF U-19 dan lolos kualifikasi ke ajang AFC U-19 2014.
Tentang akhir sedih yang dialami pasukan Indrta Syafri, juga menjadi bahan obrolan yang dibekal seorang kawan yang sengaja bertamu ke rumah saya pada Rabu pagi, setelah Selasa (14/10) malam, dia menyaksikan Evan Dimas cs dipermalukan tim Uni Emirat Arab. Celakanya dia mengaitkan kekalahan Timnas U-19 dengan Jokowi yang akan dilantik pada 20 Oktober mendatang.
"Saya takut nasib Jokowi seperti Timnas U-19," kata kawan saya setelah dipersilakan duduk.
"Maksudnya..." tanya saya karena belum bisa menebak arah obrolan kawan saya yang mengaitkan Timnas U-19 dengan Jokowi.
Kawan saya kemudian bercerita panjang-lebar. Dia mengatakan Jokowi sebagai presiden terpilih yang didampingi Jusuf Kalla sebagai wakil presiden terpilih, mampu melahirkan harapan akan masa depan Indonesia yang lebih baik. Hal ini, ujar kawan saya, berdasarkan rekam-jejak Jokowi yang medahulukan kerja dan menjauhi apa yang oleh banyak orang disebut sebagai pencitraan.
Aksi blusukan Jokowi, kata kawan saya, tidak dicap pencitraan dan justru mendapat simpati karena sebelumnya tidak ada pejabat yang mau menggulung tinggi-tinggi celananya untuk masuk gorong-gorong atau saat menongkrongi proses pengerukan sungai yang mampat oleh sampah.
"Saya takut Jokowi mengalami nasib seperti Timnas U-19 yang menunjukan prestasi gemilang di awal tapi justru mencatat hasil buruk di akhir," ujar kawan saya.
"Kok nadanya jadi pesimis begitu," kata saya menggoda kawan saya yang fans berat Jokowi.
"Saya pantas pesimis karena Jokowi dan Jusuf Kalla belum mengumumkan susunan kabinetnya. Saya takut presiden dan wakil presiden yang akan dilantik tanggal 20 Oktober ini membentuk kabinet yang dihuni orang-orang yang justru tidak dihendaki rakyat Indonesia. Apa tidak pesimis bila itu yang terjadi," katanya.
Saya tidak berkomentar untuk memberi kesempatan kepada kawan saya mendedahkan unek- uneknya.
"Bila itu yang terjadi, bukankah itu mengikuti jejak Timnas U-19. Jika akhirnya seperti Timnas U-19, Jokowi-JK akan jadi sasaran tembak pihak-pihak yang tanda-tandanya akan "menggoyang" merecoki pemerintahan Jokowi," ujarnya.
"Santai aja, tampaknya hal itu tidak akan terjadi. Bukankan perkembangan politik terkini menunjukan adanya rekonsialiasi dari kubu Koalisi Merah Putih dan Koaliasi Indonesia Hebat. Komunikasi politik ini bukankah memberikan optimisme ke arah yang lebih baik, seperti ditulis banyak media," kata saya.
"Justru itu yang membuat saya khawatir," timpal kawan saya sambil beranjak, meninggalkan saya yang terbengong-bengong. (Deni Ahmad Fajar)
Berita selengkapnya baca Tribun Jabar edisi cetak Kamis (16/10/2014) besok. Follow akun twitter: @tribunjabar dan facebook: baladtribun untuk mendapatkan info terkini.
Anda sedang membaca artikel tentang
Dari Timnas U-19 ke Jokowi
Dengan url
http://jabarsajalah.blogspot.com/2014/10/dari-timnas-u-19-ke-jokowi.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Dari Timnas U-19 ke Jokowi
namun jangan lupa untuk meletakkan link
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar