Kisdiantoro, Wartawan Tribun
SEORANG kawan tinggal di Kabupaten Bandung, pulang kerja lebih awal ketimbang jadwal hariannya. Gara-garanya, kemarin tim Persib Bandung menjamu Persija Jakarta di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung. Laga yang tertunda gara-gara panitia penyelenggara pertandingan, pada waktu itu, tak mendapatkan izin pertandingan di Bandung, bahkan di wilayah Jawa Barat lainnya.
Izin tak keluar karena pihak kepolisian khawatir akan terjadi bentrokan yang hebat mengingat kedua pendukung klub sepak bola tersebut memiliki sejarah panjang permusuhan. Tidak hanya sekadar kekerasan verbal dengan kalimat-kalimat bernada sarkasme, tetapi juga kekerasan fisik hingga mengakibatkan anggota klub suporter kedua tim tersebut mengalami luka parah sampai meninggal dunia.
Alasan itu pula yang memaksa seorang kawan pulang lebih cepat, menghindari ada tindak kekerasan yang dilakukan oleh oknum bobotoh.
"Kalau engga pulang cepat, bisa ketemu (oknum) bobotoh usil, nyegat motor, terus joget di tengah jalan," kata seorang kawan.
Kehawatiran tersebut semestinya tak lagi terjadi dan orang-orang yang bekerja di Kota Bandung atau tempat lain, termasuk Anda, bisa pulang tanpa dihantui ketakutan, mobil dirusak, motor ditabrak, diadang kemacetan, jadi sasaran amukan, dll. Mengapa? Karena suporter Persib dan suporter Persija, Viking dan The Jakmania, pada Jumat 11 April 2014, di Bogor, sepakat berdamai dan menghentikan segala hal-hal yang dapat memunculkan kebencian dan kekerasan fisik. Caranya? Mereka berikrar untuk saling menghormati dan menciptakan suasana kondusif baik di saat sedang berlangsung pertandingan maupun di hari yang lain.
Sosialisasi pun sudah dilakukan baik oleh polisi maupun oleh para pendukung masing-masing klub. Bahkan Polisi melantik 120 Satgas Pengamanan Swakarsa Bobotoh Persib. Tujuannya agar para pendukung Persib yang hendak menonton ke stadion tertib dan tidak melakukan aksi kriminal. Nyatanya, kemarin masih banyak ditemukan pelanggaran kesepakatan damai tersebut. Beberapa jam sebelum pertandingan, Polres Cimahi mengamankan puluhan senjata tajam dari tangan para bobotoh di kawasan Leuwigajah. Dari tangan mereka disita golok, miras, bambu, paralon, ketapel, dan kembang api. Aneh bukan? Menonton sepak bola tapi bawa bekal golok dan ketapel. Artinya, dari rumah para oknum suporter tersebut sudah berniat berbuat onar. Dengan demikian kekerasan dalam laga klasik tersebut akan berkobar. Untung saja polisi bertindak cepat. Jika tidak, bisa saja golok melayang ke tubuh bobotoh atau The Jakmania yang menyusup masuk ke dalam Stadion Si Jalak Harupat.
Gelagat hendak mencederai ikrar damai juga dilakukan para suporter The Jakmania. Mereka memaksa masuk ke wilayah Bandung dengan masuk ke tol Cipularang. Padahal dalam aturan PSSI, dalam setiap laga tandang, suporter Persija maupun Persib dilarang hadir. Atas dasar itu, pihak Polisi kemudian meminta mereka pulang ke Jakarta dan keluar dari tol. Tapi The Jakmania malah turun dari bus, memblokir jalan tol, menjarah, dan merusak kaca mobil. Polisi akhirnya membubarkan mereka secara paksa dengan menembakkan gas air mata. Kericuhan yang berlangsung sekitar satu jam itu membuat arus lalu lintas di Cipularang mandek.
Di Stadion Si Jalak Harupat, pertandingan pun tak luput dari gangguan ulah bobotoh. Mereka melemparkan botol bekas air mineral dan gulungan kertas ke lapangan. Kapten Persib Firman Utina berusaha keras meminta bobotoh untuk santun. Di akhir pertandingan para pemain Persija diangkut dengan kendaraan Barakuda menghindari lemparan benda keras dari bobotoh. Sungguh sebuah tontonan yang tidak mencerminkan suporter yang santun dan dewasa. Peristiwa serupa bisa saja bakal menimpa para pemain Persib Bandung kala bertandang ke rumah Persija pada putaran kedua. Jika hal itu benar-benar terjadi, apakah para bobotoh akan rela? Tentu kita semua tak berharap demikian.
Maka, sebagai pencinta sepak bola, sudah seharusnya bersikap dewasa, bereaksi seperlunya ketika tim yang kita idolakan mengalami kekalahan atau mendapatkan perlakuan tidak adil dari pengadil lapangan. Menjadi penonton santun dan tidak merepotkan banyak orang. Bisa? Tentu saja bisa jika ada niat baik untuk menciptakan perdamaian. Dan ikrar perdamaian Viking vs The Jakmania bukan sekadar pemanis bibir. (*)
Anda sedang membaca artikel tentang
Noda Janji Damai
Dengan url
http://jabarsajalah.blogspot.com/2014/05/noda-janji-damai.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Noda Janji Damai
namun jangan lupa untuk meletakkan link
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar