AKTIVITAS yang dilakukan anak-anak hingga kalangan pemudanya di Rumah Saraswati sangat beragam. Selain melakukan kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap Selasa dan Rabu, mereka banyak mendapat undangan untuk unjuk kemampuan pada acara-acara yang digelar komunitas lain. Bahkan pada peringatan Hari Anak Nasional, Juni 2013 lalu mereka membuat acara besar yang banyak melibatkan anak-anak dari kalangan kurang mampu.
Untuk kegiatan rutinnya, dikatakan Diah, Rumah Saraswati itu dikondisikan untuk menjadi sekolah tanpa kelas, sehingga setiap hari selalu dijadikan anak-anak lingkungan di sana sebagai tempat belajar dan bermain. Anak-anak hingga kalangan pemuda di sana juga selalu diajak untuk belajar sejarah yang diawali dari mengingatkan kembali tokoh-tokoh yang ada di sekitar lingkungannya seperti sejarah penamaan jalan pada Jalan Rasdan. Mereka juga dikenalkan pada upaya mengenal lingkungan agar banyak mencari ngobrol dengan para warga yang kerja menarik sampah, PKL dan lain-lainnya lalu dibuat ceritanya baik teretulis atau dalam bentuk story telling. Kemudian mereka juga diajak untuk belajar berani mengungkapkan pendapatnya dan bicara di depan umum.
"Kami juga mencoba mengajak untuk belajar menabung dengan media botol air mineral bekas yang dihias, tabungan ini diperuntukan untuk modal usaha kecil-kecilan, bisa juga untuk menyumbang teman yang sakit, atau bisa untuk beli buku. Jadi selain belajar membaca, menulis dan menggambar, anak-anak juga diajak untuk mampu bercerita tentang yang dilakukannya dalam sehari itu. Sekarang anak-anak juga dilatih menjaga kebersihan dirinya dan lingkungannya dengan cara mengambil plastik (sampah) ketika dia melewati jalan atau di sekitar rumahnya," paparnya.
Tak hanya itu, peringatan Hari Anak Internasional, Juni 2013 lalu yang sekaligus menjadi acara peringatan Hari Lahirnya Pancasila. mereka membuat acara besar "Pelepasan Balon Harapan dan Pengiriman Surat dari Anak-anak kepada Presiden SBY" yang banyak melibatkan anak-anak dari kalangan kurang mampu. Acara itu digelar di tugu titik 0 Km Bandung, untuk menunjukkan sebagai awal dari langkah setiap orang menuju harapn dan cita-citanya. Sementara pelepasan balon oleh anak-anak digelar di depan Gedung Merdeka. Balon warna warni yang dilepaskan anak-anak dan terbang ke angkasa itu merupakan simbolis dari Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, berbeda -beda tetapi tetap satu dan mereka juga berharapan dengan pemilihan lokasi di Gedung Merdeka yang sangat bersejarah di mata dunia internasional itu mampu membuat harapannya terdengar hingga dunia internasional.
"Dari Gedung Merdeka kami lanjutkan berjalan kaki ke Kantor Pos Pusat Bandung di Jalan Asia Afrika anak-anak untuk mengirimkan suratnya melalui Kantor Pos. Selain sudah belajar menulis surat untuk Presiden SBY, mereka juga di Kantor Pos belajar bagaimana caranya mengirim surat mulai dari memasukannya ke dalam amplop, menempelkan materai. Kalau isi suratnya, anak- anak itu kebanyak menulis doa agar Presiden bisa membuat masyarakatnya sejahtera. Kalau kami sendiri saat itu berharapan dengan kegiatan ini bisa mengingatkan Presiden bahwa pekerjaannya yang berkaitan dengan anak-anak Indonesia masih banyak yang harus diselesaikan dan anak harus mendapatkan kehidupan yang layak,sesuai dengan Deklarasi Hak Anak, yaitu anak tidak boleh dibeda-bedakan, hanya karena perbedaan agama, suku, ras, jenis kelamin dan budaya, hal terbaik menyangkut kepentingan hidup anak harus jadi pertimbangan, anak Harus tetap hidup dan berkembang sebagai manusia, dan anak harus dihargai dan didengarkan ketika mengemukakan pendapat," papar Diah. (dedy herdiana)
Anda sedang membaca artikel tentang
Menulis Surat untuk Presiden
Dengan url
http://jabarsajalah.blogspot.com/2013/11/menulis-surat-untuk-presiden.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Menulis Surat untuk Presiden
namun jangan lupa untuk meletakkan link
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar