Caleg Mulai Ramai Minta Petunjuk di Tempat Keramat

Written By Unknown on Senin, 04 November 2013 | 12.14

SUMEDANG, TRIBUN - Berbagai cara dilakukan calon anggota legislatif (caleg) agar bisa meraih suara terbanyak dalam pemilihan umum (pemilu), 9 April 2014. Selain menyosialisasikan diri melalui spanduk, media massa, dan media lainnya, tak sedikit di antara mereka yang meminta "petunjuk" di tempat keramat atau tokoh spiritual di berbagai daerah di Jawa Barat.

Makam para leluhur Sumedang tak luput jadi agenda untuk dikunjungi para caleg. Hampir semua makam para raja dan bupati Sumedang zaman dulu didatangi para calon legislator. Bahkan makam keramat yang ada di pelosok dan puncak gunung tak luput didatangi.

"Selalu ada saja yang datang dan mereka mengaku caleg karena sebelumnya harus menyampaikan dulu keinginannya apa," kata Dana Miharja (78), juru kunci Makam Gunung Puyuh, belum lama ini.

Di makam yang dikelola Yayasan Pangeran Sumedang ini para leluhur Sumedang disemayamkan, termasuk Bupati Pangeran Soeria Koesoemah Adinata atau dikenal dengan Pangeran Sugih (1836-1882).

"Kebanyakan yang datang itu caleg asal daerah pemilihan Sumedang, baik untuk DPRD Sumedang, DPRD Jabar, maupun DPR RI. Keinginan sama, ingin terpilih jadi anggota Dewan," kata Dana.

Menurut dia, caleg yang datang itu kebanyakan meminta izin untuk berdoa di makam Pangeran Sugih. "Kebanyakan tak ditemani saat ke pusara dan saya mengatakan jangan meminta-minta di kuburan itu. Doakan saja yang sudah meninggal itu," katanya.

Juru kunci ini mengatakan banyak yang datang ke makam Pangeran Sugih karena bupati Sumedang ini dianggap berilmu, berharta, dan punya banyak saudara. "Pangeran Sugih itu terkenal karena harti, harta, dan baraya. Harti itu ilmu, harta bisa jabatan bisa juga materi karena Pangeran Sugih memang kaya, dan juga dia banyak saudaranya atau baraya," kata Dana, yang menyebutkan bahwa Pangeran Sugih memiliki 31 istri.

Kedatangan caleg bukan saat setelah ditetapkan menjadi daftar calon tetap (DCT) saja. "Ketika belum jadi DCT malah lebih banyak yang datang ke sini. Kalau sekarang dalam sebulan ya sekitar lima orang mah sudah ada. Biasanya nanti menjelang pemungutan suara akan meningkat lagi," katanya.

Dana mengatakan, setelah selesai pemilu, biasanya tak ada lagi caleg yang datang. "Ya, alhamdulillah, setelah pemilu selesai tidak ada lagi caleg yang datang. Mungkin saja yang datang ke sini ini terpilih jadi anggota dewan," katanya.

Di Garut, menjelang pemilu, beberapa calon legislatif juga mengunjungi tempat keramat seperti makam Prabu Kian Santang di Kampung Godog, Desa Lebakagung, Kecamatan Karangpawitan. Kuncen makam Prabu Kian Santang, Tatang Kurnia, mengatakan baru-baru ini, setidaknya ada lima caleg dari DPR RI, DPRD Jabar, sampai DPRD kabupaten/kota yang mengunjungi makam penyebar Islam di tanah Pajajaran ini.
 
"Mereka akan mencalonkan diri kembali menjadi anggota legislatif. Karena dulu pun sebelum menjabat sebagai anggota dewan, mereka kerap mengunjungi makam ini," kata Tatang saat ditemui di kawasan makam Prabu Kian Santang atau Syekh Sunan Ruhmat Suci, Sabtu (2/11).

Tatang menuturkan para calon legislatif ini mengatakan kepadanya bahwa dengan berkunjung dan berdoa di tempat keramat ini, mereka mendapat berkah dan dorongan moral yang kuat. Hal ini disebabkan mereka berdoa di makam Wali Allah.

Menurut Tatang, sekitar 80 persen caleg atau pemangku jabatan lainnya yang berdoa di tempat ini kembali berdoa di makam ini karena berhasil mencapai cita-citanya. Mereka, tuturnya, menganggap berdoa di dekat Wali Allah akan mendatangkan berkah.

"Pengabulan doa itu sepenuhnya dari Allah. Dengan berziarah ke makam, mereka melakukan ikhtiar untuk mencapai cita-citanya, sekaligus mendapat dorongan moral dan semangat," katanya, seraya menyebutkan, para calon pejabat ini biasanya mendatangi makam pada hari libur, seperti Sabtu dan Minggu.

Di Cirebon, petilasan Pangeran Cakrabuana atau oleh masyarakat Cirebon disebut Mbah Kuwu Sangkan, yang terletak di Desa Cirebon Girang, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, kerap didatangi sejumlah pejabat dan warga yang bermaksud agar keinginannya terwujud.

Menurut juru bicara situs keramat Mbah Kuwu Santang, M Tohir, situs itu merupakan petilasan Pangeran Cakrabuana semasa tinggal di Cirebon. Pangeran Cakrabuana adalah putra mahkota Prabu Siliwangi. Ia juga saudara Nyi Mas Rara Santang, ibunda Sunan Gunung Jati Syekh Syarif Hidayatullah.

"Beliau lahir di Pajajaran pada 1430, dan 70 tahun kemudian wafat. Beliau dimakamkan di Pemakaman Gunung Sembung (Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon) bersama waliyullah lainnya," kata Tohir, Sabtu lalu.

Semasa hidup,  Mbah Kuwu Sangkan ini merupakan orang yang berjasa di Cirebon. Ia diyakini sebagai pemimpin pertama Cirebon, karena itu dinamai Mbah Kuwu Sangkan. Sebagai orang pertama yang memimpin Cirebon, banyak warga percaya jika berziarah ke makam dan petilasan Mbah Kuwu Sangkan maka ia akan menjadi pemimpin juga. Karena itu, tidak mengherankan jika setiap malam Jumat Kliwon banyak pengunjung yang berziarah ke situs petilasan Mbah Kuwu Sangkan.

"Rata-rata tamu meminta barokah dari tempat keramat ini agar cita-citanya terwujud. Kalau caranya, ya masing-masing orang beda," ujar M Tohir.

Hanya, kata dia, jika ada pengunjung yang meminta panduan dari juru kunci, biasanya juru kunci membimbingnya untuk berdoa secara Islam kepada Allah swt. "Sebab hanya Allah tempat untuk meminta," ujar M Tohir.

Tohir mengaku belum banyak caleg yang datang ke situs Mbah Kuwu Sangkan. Namun menjelang pemilu lima tahun lalu, ada sejumlah caleg yang datang ke tempat tersebut. Satu di antara caleg yang rajin datang ke tempat itu adalah anggota DPR RI dari partai besar. "Seminggu sekali beliau datang ke sini. Suka mimpin tahlil atau memberi ceramah," kata Tohir.

Tohir mengaku tidak banyak mengenal caleg lain yang suka datang. Sebab kadang mereka datang bersama rombongan dan tidak mengakui sebagai caleg saat mengisi buku tamu sehingga tidak tahu bahwa ia merupakan caleg.

"Tapi tempat ini memang banyak dikunjungi pejabat dan calon pejabat. Kadang ada yang sampai menginap di sini sambil menjalankan puasa 3 hari 3 malam atau 7 hari 7 malam," kata Tohir.

Di Cianjur, makam Kangjeng Aolia RAA Aria Wiratanudatar Natamanggala alias Aria Kidul Gunung Djati Putra Ka II Kangjeng Aolia RAA Aria Wiratanudatar di atas bukit di RT 01/01 Kampung  Gunung Jati, Desa Rahong, Kecamatan Cilaku, sering menjadi tempat yang dikunjungi para caleg and calon pejabat.

Juru kunci sekaligus juru pelihara, Muhammad Yusuf, mengatakan, di dalam ruangan itu terdapat makam Arya Wiratanudatar Natamanggala yang merupakan tokoh Dalem Cianjur kala itu. Namun, selain menjadi tempat ziarah, makam itu pun merupakan cagar budaya yang dikelola Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang.

"Tempat ini sudah ada sejak zaman Belanda pada abad ke-17," kata Yusuf, yang merupakan keturunan kesembilan juru kunci makam Arya Wiratanudatar Natamanggala, ketika berbincang dengan Tribun.

Dikatakan Yusuf, makam itu memang menjadi tempat ziarah masyarakat dari berbagai daerah. Bahkan sejumlah warga negara asing (WNA) dari Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapura pernah mendatangi makam tersebut. Namun kunjungan WNA bisa dihitung setiap tahunnya lantaran kunjungannya hanya sekali dalam setahun.

Menurut Yusuf, dari semua peziarah yang datang ke makam memang terdapat beberapa pejabat pemerintah, anggota legislatif, dan caleg yang dikenalinya. Namun kedatangan mereka itu bukan bersifat musiman, melainkan rutin dilakukan setiap Senin dan Kamis malam. Bahkan sejumlah mantan anggota legislatif pun masih menyambangi makam untuk bertawasul.

"Hal itu mungkin sudah menjadi kebutuhan rohani sekaligus menjalankan syariat. Bukan untuk sekadar meminta sesuatu saja, termasuk para caleg yang akan mengikuti pemilu 2014 nanti. Karena mereka sudah berziarah sebelum mencalonkan diri juga," kata Yusuf.

Yusuf menjelaskan, para peziarah datang ke makam itu untuk bertawasul yang berarti berdoa dan memohon kepada Allah di tempat orang saleh. Menurut dia, berdoa di tempat orang saleh, permintaannya lebih dikabulkan. Konon, Arya Wiratanudatar Natamanggala merupakan murid kesayangan Sunan Gunun Jati.

"Bertawasul itu mendoakan yang diziarahi, bukan meminta kepada yang dikubur. Selain itu, juga mendoakan orang tua. Setelah itu baru berdoa masing-masing kepada Allah. Ada yang meminta dilancarkan jabatan, jodoh, usaha, dan mencari ilmu," kata Yusuf.

Di Subang, situs keramat Cipabeasan di Kampung Bukanagara, Desa Cupanagara, Kecamatan Cisalak, disebut-sebut menjadi tempat keramat yang sering dikunjungi banyak orang, dengan maksud untuk memohon agar keinginannya terkabul.

Di situs ini, terdapat makam penyebar Islam, Eyang Mangkunegara, serta danau seluas 1 hektare yang dikeramatkan. Pohon-pohon berusia sekitar puluhan hingga ratusan tahun dapat ditemui di sekitar situs keramat tersebut.

"Setiap bulan Maulud, tepatnya tanggal 14, banyak yang datang ke sini untuk dikabulkan keinginannya. Memohonnya bukan ke makam, tapi ke Allah," kata Enes (70), kuncen situs keramat tersebut, belum lama ini.

Ia mengatakan, banyak orang dari Subang dan di daerah luar Subang datang ke sana dengan berbagai keinginan, baik itu dilancarkan usaha, jodoh, maupun kelancaran memperoleh jabatan.

Hanya saja, ia tidak bisa memerinci siapa saja di antara yang datang, yang menginginkan kelancaran ketika menempuh jabatan politik dalam pemerintahan, baik itu kepala daerah maupun anggota legislatif.

"Emak enggak tahu siapa saja nama-namanya yang ingin lancar dapat jabatan. Banyak yang datang ke sini agar keinginannya dilancarkan dalam jabatan. Kepala daerah Subang juga pernah datang ke sini. Kalau anggota DPRD suka ada, tapi saya lupa namanya," kata Enes.

Ritual yang dilakukan di situs keramat tersebut, kata Enes, pertama-tama ziarah ke makam keramat di  tempat tersebut. Biasanya, itu dilakukan saat siang maupun pada malam hari.

"Setelah ziarah, lalu mandi di danau itu. Kadang kalau malam juga banyak yang berziarah ke sini," katanya.

Selain sering didatangi banyak peziarah, Enes mengatakan warga sekitar Bukanagara juga mengeramatkan situs tersebut. "Kalau lagi musim tanam, warga sini akan mengambil batang pohon bayongbong yang ada di danau kemudian menanamnya di sawah milik warga. Dengan begitu, hasil panen warga bisa lebih baik," katanya. (std/sam/roh/cis/men)

* Berita ini selengkapnya bisa dibaca di harian pagi Tribun Jabar, edisi Senin 4 November 2013.


Anda sedang membaca artikel tentang

Caleg Mulai Ramai Minta Petunjuk di Tempat Keramat

Dengan url

http://jabarsajalah.blogspot.com/2013/11/caleg-mulai-ramai-minta-petunjuk-di.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Caleg Mulai Ramai Minta Petunjuk di Tempat Keramat

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Caleg Mulai Ramai Minta Petunjuk di Tempat Keramat

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger