JAKARTA, TRIBUN - Dalam beberapa pekan ini persoalan pangan China kembali dibahas oleh beberapa kalangan. Beberapa langkah China di pasar pangan internasional cukup menarik perhatian. Apakah yang tengah terjadi di China?
Kabar yang agak mengejutkan adalah rencana pembelian beras 1 juta ton per tahun selama waktu yang tidak ditentukan oleh China di pasar Thailand. Tentu saja kabar ini mengagetkan, karena selama ini China telah membuat persetujuan dengan Thailand untuk membeli beras jauh di bawah angka harga pasar.
Kalangan pedagang di Thailand sangat terkejut dengan kabar itu, karena sejak 2009 China telah menurunkan impor beras dari Thailand. Penurunan ini terjadi akibat harga beras di negara lain, seperti Pakistan dan Vietnam, lebih kompetitif. Lebih mengejutkan lagi permintaan beras itu sangat besar karena selama ini impor beras China dari negeri itu hanya 100.000-300.000 ton.
Kabar lainnya, pebisnis China telah membuat kesepakatan dengan petani di Myanmar untuk memproduksi beras selama 2013-2014. China akan memasok pupuk dan sarana produksi pertanian lainnya. Seluruh hasil panen akan dibeli oleh pebisnis China dengan harga lokal.
Langkah-langkah China ini cukup mengejutkan beberapa kalangan. Mereka membuat analisis mengenai maksud dari aksi-aksi China di pasar beras internasional itu. Salah satu analisis itu, yang dimuat di Oryza, menyebutkan, langkah-langah mereka terkait dengan masalah air.
Sebanyak 80 persen air berada di wilayah China bagian selatan, sedangkan bagian utara sangat kering. Konsumsi air di China juga sangat rendah dibanding negara lain. Konsumsi air China hanya seperempat dibanding konsumsi air Amerika Serikat. Apabila dibandingkan dengan rata-rata konsumsi air dunia, konsumsi air China hanya setengahnya.
Untuk itulah mereka membangun bendungan raksasa Three Gorges. Ada juga proyek South-North Water Diversion yang akan menghubungkan Sungai Yangzi di selatan dengan Sungai Kuning di utara. Untuk membangun proyek ini, mereka akan menggali saluran yang melewati gunung-gunung.
Akan tetapi, proyek ini kemungkinan besar tidak untuk kepentingan memproduksi pangan dalam waktu dekat. Mereka lebih memilih pasokan air untuk memenuhi kebutuhan industri dan konsumsi warga. China melihat sumber pangan mereka masih bisa didatangkan dari negara lain seperti Thailand, Myanmar, Pakistan, dan Kamboja. Dalam konteks ini, kita paham dengan langkah China di pasar beras internasional seperti disebut di atas.
Pertanyaan yang muncul adalah sampai kapan negara-negara tetangga China bisa memenuhi kebutuhan China? Perubahan iklim dan fluktuasi produksi beras mudah terjadi sehingga pasokan ke China bisa terganggu. Jika hal ini terjadi, pasar beras internasional akan terguncang akibat perubahan pasokan beras di pasar internasional.
Tahun ini situasinya masih tergolong aman karena produksi beras di beberapa negara, seperti India, Thailand, dan Indonesia, menunjukkan kondisi yang memuaskan. Bahkan, di beberapa negara harga beras mengalami penurunan. Akan tetapi, keadaan seperti ini tidak bisa langgeng, suatu saat bisa bermasalah.
Kita cemas jika kekeringan terjadi di beberapa negara sehingga produksi beras terganggu. China pasti akan mengamankan pasokan berasnya dengan membeli beras secara besar-besaran di pasar. Indonesia yang bergantung pada impor beras bisa terkena dampak besar pula. (kompas.com)
Anda sedang membaca artikel tentang
China Borong Beras Thailand, Indonesia Bisa Terancam
Dengan url
http://jabarsajalah.blogspot.com/2013/10/china-borong-beras-thailand-indonesia.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
China Borong Beras Thailand, Indonesia Bisa Terancam
namun jangan lupa untuk meletakkan link
China Borong Beras Thailand, Indonesia Bisa Terancam
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar