Rabu, 10 April 2013 11:51 WIB
Romauli Manurung (28), sang ibu, menuturkan, prosedur paling signifikan yang tidak dijalankan rumah sakit adalah tidak memberitahukan terlebih dahulu kepada orangtua jika jari sang bayi akan dipotong. Terlebih, proses amputasi dilakukan dokter di luar ruang operasi dan tanpa obat bius.
"Tanggal 31 Maret 2013 pukul 07.00 WIB, dua suster sama satu dokter datang ke ruangan. Anak saya menjerit, pas saya lihat dokter itu menggunting jari tangan anak saya sampai berdarah, enggak dibius dulu," tutur Romauli saat ditemui Kompas.com di ruang rawat sang anak di RS Harapan Bunda, Jalan Raya Bogor, Ciracas, Jakarta Timur, Selasa (9/4/2013) malam.
Ketika Romauli menanyakan langkah tersebut, dokter yang memotong jari Edwin mengatakan hanya ingin menggunting bagian kuku bayi yang dianggapnya telah mati. Namun, Romauli jelas melihat bahwa dokter itu menggunting dua ruas jari telunjuk sang bayi hingga berdarah.
Romauli mengaku kecewa atas upaya medis sepihak yang dilakukan pihak rumah sakit. Apalagi, yang paling membuat orangtua sakit hati adalah tidak adanya pemberitahuan terlebih dahulu kepadanya atas langkah sang dokter tersebut. Padahal, lanjut Romauli, upaya dokter tersebut bisa mengakibatkan putra pertamanya cacat seumur hidup.
Gonti Laurel Sihombing (34), ayah sang bayi, melanjutkan, ia sempat mendapatkan surat pemberitahuan operasi beberapa hari sebelum insiden tersebut. Namun, Gonti sama sekali tak menyangka bahwa operasi yang dimaksud dalam surat itu adalah menggunting jari sang bayi.
"(Pemotongan) itu saya kira bukan operasi. Karena kalau operasi harusnya di ruangan operasi, tapi ini di dalam kamar rawatnya sendiri. Enggak pakai obat bius lagi oleh dokternya. Anak saya bukan hanya nangis, tapi juga menjerit," ujar Edwin.
Semula Edwin dibawa ke RS Harapan Bunda pada 20 Februari 2013 karena demam tinggi. Di ruang IGD khusus anak, dokter memberikan sejumlah penanganan, mulai dari cairan infus di punggung tangan kanan, obat antikejang lewat dubur, hingga peralatan bantu pernapasan.
Keanehan mulai tampak pada hari ketiga perawatan. Jari telunjuk hingga titik infus di tangan kanannya mengalami pembengkakan. Bahkan, lama-kelamaan mengeluarkan nanah hingga tampak membusuk.
Kondisi itulah yang kemudian berujung pada amputasi dua ruas jari telunjuk Edwin menggunakan gunting oleh dokter rumah sakit tanpa sepengetahuan kedua orangtua bayi. Kini, dua ruas jari telunjuk tangan kanan Edwin hilang berganti balut perban.
Pasangan suami istri tersebut hanya bisa pasrah atas insiden ini. Mereka berharap manajemen rumah sakit menepati janjinya untuk mengobati jari Edwin hingga sembuh. Hingga berita ini diturunkan, belum ada satu pun pihak rumah sakit yang bisa ditemui untuk mengonfirmasi persoalan ini. (*)
Anda sedang membaca artikel tentang
Dokter Menggunting Telunjuk Edwin Tanpa Obat Bius
Dengan url
http://jabarsajalah.blogspot.com/2013/04/dokter-menggunting-telunjuk-edwin-tanpa.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Dokter Menggunting Telunjuk Edwin Tanpa Obat Bius
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Dokter Menggunting Telunjuk Edwin Tanpa Obat Bius
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar