Jumat, 1 Maret 2013 11:12 WIB
MASIH
mengenakan seragam sekolah, Nurandini mengamati dengan seksama, deretan buku di rak besar yang tertata rapi. Sesekali, kepalanya dimiringkan untuk membaca secara jelas buku yang berada pada posisi berdiri. Ayat-ayat Cinta, menjadi buku pilihannya.Siswi SMPN 1 Soreang ini mengaku sepekan dua kali sehabis pulang sekolah, menyempatkan waktu mengunjungi Perpustakaan Kabupaten Bandung. Buku-buku dengan kategori novel dan sejarah, yang seringkali menjadi bacaannya di sela waktu belajar pelajaran sekolah.
Biasanya, bocah berusia 12 tahun ini menyelesaikan bacaan satu buku hanya dalam waktu tiga hari. Novel menjadi pilihannya, untuk menyegarkan pikiran setelah bertemu dengan pelajaran yang dinilai sulit seperti Matematika.
"Buku sejarah, terutama tentang Indonesia, juga merupakan buku yang menarik dan penting. Kalau guru sedang tidak ada di kelas, saya biasanya baca buku yang dipinjam dari perpustakaan. Jadi bisa selesai lebih cepat," katanya kepada Tribun di Perpustakaan Kabupaten Bandung di Soreang, Rabu (27/2).
Dia mengaku lebih senang mendatangi perpustakaan, karena bisa membaca berbagai macam buku dengan gratis. Apalagi buku yang disukainya bisa dibawa pulang selama satu pekan. Untuk sekali pinjam, hanya diperkenankan membawa dua buku.
Perpustakaan Kabupaten Bandung mulai mandiri sejak 2007. Sampai saat ini, koleksi bukunya sudah mencapai sekitar 30 ribu eksemplar, mulai buku untuk anak di tingkat taman kanakkanak, sampai buku ringan yang bisa dibaca orang yang sudah lanjut usia.
Pada pertengahan Februari ini, Perpustakaan Kabupaten Bandung dinilai Perpustakaan Nasional sebagai perpustakaan paling unggul, dan paling bagus dibandingkan perpustakaan di kabupaten lainnya. Baik dari sisi pelayanan, maupun dari sistem yang diterapkan.
Kepala Badan Perpustakaan, Arsip, dan Pengembangan Sistem Informasi (Bapapsi) Kabupaten Bandung, Diar Irwana mengatakan, kemungkinan penilaian Perpustakaan Nasional itu melihat dari perpustakaan keliling yang secara rutin menyambangi berbagai wilayah di Kabupaten Bandung.
Perpustakaan keliling itu ada tiga unit mobil dan satu unit internet. Satu unit perpustakaan keliling membawa sekitar 1.000 eksemplar buku. Perpustakaan ini setiap hari menuju kantor desa atau ke sekolah-sekolah. Bahkan, tidak jarang mobil itu mendatangi undangan kelompok masyarakat yang ingin membaca buku.
"Setiap hari, perpustakaan keliling itu mengunjungi wilayahwilayah di Kabupaten Bandung secara terjadwal. Minimal standby di tempat selama tiga jam. Sabtu dan Minggu tetap melayani masyarakat," katanya didampingi Kabid Perpustakaan, Irma Novita.
Masyarakat juga bisa meminjam buku di perpustakaan keliling ini, atau yang biasa disebut sebagai mobil pintar. Namun, tidak jarang masyarakat tidak mengembalikan buku yang dipinjam. Rata-rata buku yang tidak dikembalikan, sebanyak 100 eksemplar per tahun.
"Ya itu sulitnya. Tapi biasanya kalau tahu alamatnya, kami akan menagih buku yang belum dikembalikan. Setiap tahun, ada penambahan buku baru. Tahun ini ada alokasi dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Kabupaten Bandung sebesar Rp 75 juta. Dana itu bisa untuk membeli sekitar 2.500 eksemplar," ujarnya.
Selain mobil pintar, Perpustakaan Kabupaten Bandung juga membuat program mendongeng setiap Sabtu dan Minggu. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan dan meningkatkan minat anak-anak agar datang ke perpustakaan. Nantinya diharapkan bisa berdampak pada minat baca yang tinggi. (*)
Anda sedang membaca artikel tentang
Perpustakaan Keliling Konsisten ke Pelosok Kabupaten Bandung
Dengan url
http://jabarsajalah.blogspot.com/2013/03/perpustakaan-keliling-konsisten-ke.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Perpustakaan Keliling Konsisten ke Pelosok Kabupaten Bandung
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Perpustakaan Keliling Konsisten ke Pelosok Kabupaten Bandung
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar