JEMAAH
menuruni tangga teras untuk meninggalkan Masjid Agung Garut setelah menunaikan salat Isya. Di pojok tangga yang lebar itu, Ita Puspita (24) duduk dikelilingi sejumlah kardus berisi puluhan nasi bungkus.Satu per satu teman-teman Ita datang di halaman Masjid Agung. Setelah memarkirkan kendaraan, mereka menghampiri Ita. Bersalaman dan saling menyapa. Mereka berkumpul bersama beberapa orang lain yang datang kemudian.
Teman-teman Ita itu di antaranya datang membawa keresek dan kardus berisi sejumlah nasi bungkus. Mereka kemudian mengumpulkan bungkusan-bungkusan berisi makan malam ini di tangga masjid.
Jam dinding Masjid Agung menunjukkan pukul 20.00 WIB. Ita bersama sekitar 20 temannya itu duduk melingkar di lantai teras masjid. Ita mulai menghitung jumlah bungkusan nasi yang terkumpul dan kendaraan yang dibawa teman-temannya.
Kamis (7/3) malam itu, terkumpul 204 bungkus nasi lengkap dengan lauknya. Juga delapan buah kendaraan sepeda motor dan mobil. Ita kemudian membagi teman-temannya ke dalam tujuh kelompok.
Setiap kelompok diberi sekitar 25 nasi bungkus dan rute lokasi untuk membagikan bungkusan nasi tersebut di kawasan perkotaan Garut. Malam itu, Ita berkelompok dengan Ainu Farha (23) dan Firla Rachmina (24). Mereka mendapat rute pembagian nasi di Jalan Ahmad Yani, Jalan Guntur, dan Jalan Jenderal Sudirman.
Briefing pembagian tugas ini ditutup dengan doa. Ainu kemudian membagikan risoles keju kepada teman-temannya sebelum bertugas, sekadar pemberi sedikit tenaga dan semangat di malam yang dingin itu. Setelahnya, kelompok-kelompok itu berpencar untuk membagikan nasi bungkus kepada warga yang membutuhkannya.
Menggunakan mobil yang disetir Firla, Ita dan Ainu meninggalkan halaman masjid. Sambil melaju, mereka menengok ke sebelah kiri dan kanan jalan yang dilalui. Mereka mencari sasaran, warga yang layak mendapat nasi bungkus gratis.
Beberapa kali mobil itu berhenti setelah menemukan sasaran. Bergantian, salah satu dari mereka turun dari mobil sambil membawa nasi bungkus. Mereka pun memberikan nasi bungkus tersebut kepada tukang becak, pendorong gerobak sampah, pemulung, dan tukang jahit keliling.
Setelah nasi bungkus yang mereka bawa habis, Firla mengemudikan mobilnya kembali menuju Alun-alun Garut. Kala itu jam menunjukkan pukul 22.30 WIB. Di sekitar alun-alun, Ita dan teman-temannya dari kelompok lain berkumpul untuk mengevaluasi kegiatannya.
Untuk melepas lelah dan bercengkerama setelah bertugas membagikan nasi bungkus, mereka berkumpul di lapak kaki lima nasi goreng dan susu murni. Kegiatan malam itu pun diakhiri dengan acara makan-makan di pinggir jalan.
"Setiap malam Jumat kami berkumpul, mengumpulkan nasi bungkus, dan membagikannya kepada warga yang membutuhkan," kata Ita saat ditemui di sela kegiatannya, Kamis malam.
Menurut Ita, para "pejuang nasi" yang tergabung dalam wadah komunitas Berbagi Nasi Garut ini melakukan aksi pertama pada 15 Desember 2012. Awalnya, pembagian nasi bungkus dilakukan pada malam Minggu. Namun, setelah menghadapi berbagai kendala, Kamis malam atau malam Jumat dijadikan jadwal tetap penyelenggaraan kegiatan.
Setiap menggelar kegiatan, Ita mengatakan mendapat sekitar 110 sampai 375 nasi bungkus dari para anggota Berbagi Nasi Garut dan sumbangan para donatur.
Sasaran penerima nasi bungkus ini, ujarnya, antara lain tunawisma, pemulung, penarik becak, penarik delman, dan warga miskin yang bekerja sampai malam hari.
"Memang yang kami lakukan masih sangat kecil nilainya. Tapi, kami berusaha sebaik mungkin untuk membantu. Diharapkan, orang-orang yang kurang mampu dan bekerja sampai malam ini bisa tidur nyenyak dengan perut yang tidak kosong," ujarnya.
Ita sadar bahwa sebungkus nasi nilainya sangat kecil dan tidak bisa mengubah kehidupan orang-orang yang menerimanya. Namun, sebungkus nasi ini setidaknya bisa menggugah kepekaan sosial warga, minimal bagi para anggota Berbagi Nasi Garut.
"Anggotanya mahasiswa, pekerja, dan kalangan muda lainnya. Daripada nongkrong enggak jelas, lebih baik berbuat sesuatu yang kecil yang bisa membantu masyarakat sekitar," kata perempuan asal Kecamatan Cilawu yang bekerja di salah satu perusahaan swasta di Garut ini.
Warga yang ingin bergabung atau menjadi donatur kegiatan sosial ini, ucapnya, bisa mengakses lewat akun twitter-nya, yakni @berbaginasi_grt, atau website resmi dengan alamat www.berbaginasi.com. (*)
Anda sedang membaca artikel tentang
Berbagi Nasi Bungkus di Malam yang Dingin
Dengan url
http://jabarsajalah.blogspot.com/2013/03/berbagi-nasi-bungkus-di-malam-yang.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Berbagi Nasi Bungkus di Malam yang Dingin
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Berbagi Nasi Bungkus di Malam yang Dingin
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar