Bank Belum Efisien, Kemungkinan Akibat Gaji Bankir Tinggi

Written By Unknown on Senin, 26 November 2012 | 12.14

Senin, 26 November 2012 11:14 WIB

JAKARTA, TRIBUN - Perbankan di tanah air dinilai masih memiliki rasio biaya operasional dibanding pendapatan operasional (BOPO) yang lebih tinggi. Sehingga bank sentral meminta untuk menurunkan rasio BOPO demi efisiensi.

Ketua Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono mengakui bahwa rasio BOPO perbankan nasional masih tinggi. "Namun saat ini sudah menunjukkan tren penurunan. Saya pikir masih ada ruang untuk lebih efisien," kata Sigit di Jakarta, Senin (26/11/2012).

Sigit mengatakan sepakat dengan bank sentral yang meminta perbankan nasional untuk menurunkan rasio BOPO-nya. Dengan menurunkan rasio BOPO, maka akan membuat perbankan nasional semakin sehat.

"Saya pikir, kalau mereka (perbankan) bisa menurunkan biaya, itu akan semakin baik," tambahnya.

Namun saat disinggung apakah rasio BOPO yang meningkat itu terkait tingkat gaji dan remunerasi bankir yang tinggi, Sigit pun menyanggahnya. "Bukan, soal itu (gaji dan remunerasi) bankir itu tidak besar," elaknya.

Sayang, Sigit enggan menjelaskan remunerasi maupun gaji ideal maupun standar di perbankan nasional. Sebab, gaji dan remunerasi bankir akan ditentukan sesuai performa bisnis masing-masing dan sesuai dengan hasil rapat umum pemegang saham (RUPS).

"Tapi kalau soal BOPO, rasio idealnya itu 60 persen lah," katanya.

Sekadar catatan, rasio BOPO perbankan nasional memang cenderung mengalami tren penurunan. Tapi sebagian bank masih ada yang memiliki rasio BOPO lebih tinggi dibanding bank lain atau sesuai standar bank sentral. Namun BI merahasiakan data bank yang memiliki rasio BOPO tertinggi itu.

BI mencatat rasio BOPO perbankan nasional sejak Desember 2005 secara rata-rata masih di kisaran 87,7 persen. Namun pada September 2012 lalu, rasio BOPO perbankan nasional sudah menurun rata-rata di level 74,26 persen.

Dalam statistik perbankan Indonesia (SPI) BI per September 2012, rasio BOPO perbankan pelat merah atau BUMN telah menurun dari rata-rata 113,9 persen di Januari 2012 menjadi 71,27 persen di September 2012.

Di bank devisa juga sudah mengalami penurunan dari 87,32 persen (Januari 2012) menjadi 75,29 persen (September 2012). Di bank non devisa hanya mengalami penurunan tipis dari 81,4 persen (Januari 2012) menjadi 79,22 persen (September 2012).

Di bank BPD juga sudah mengalami penurunan dari 80,49 persen menjadi 74,17 persen. Di bank campuran turun tipis dari 85,01 persen menadi 78,43 persen. Sementara di bank asing stagnan di level 79,03 persen, meski pada Mei 2012 sempat melonjak 81,39 persen.  (*)


Anda sedang membaca artikel tentang

Bank Belum Efisien, Kemungkinan Akibat Gaji Bankir Tinggi

Dengan url

http://jabarsajalah.blogspot.com/2012/11/bank-belum-efisien-kemungkinan-akibat.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Bank Belum Efisien, Kemungkinan Akibat Gaji Bankir Tinggi

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Bank Belum Efisien, Kemungkinan Akibat Gaji Bankir Tinggi

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger